Minyak Goreng Sulit Di Dapat UMKM, Borneo Istimewa Cari Solusi
Memasuki tahun 2022, UMKM dihadapkan pada tantangan sulitnya memperoleh minyak goreng di pasaran dengan harga yang terjangkau. Banyak UMKM mengeluhkan sulitnya mendapatkan minyak goreng dalam jumlah besar untuk berjualan. Khususnya para pelaku UMKM yang berjualan makanan mengaku minyak goreng hanya bisa dibeli dalam jumlah terbatas. Pembelian minyak goreng di toko ritel dibatasi hanya satu bungkus kemasan maksimum 2 liter per hari pada toko yang sama untuk setiap orang.
Pantauan borneo istimewa di sejumlah swalayan raksasa memperlihatkan banyaknya rak kosong yang tadinya penuh terpajang berbagai pilihan minyak goreng dalam kemasan. Selain itu pelaku UMKM juga harus memberikan kesempatan kepada pelanggan rumah tangga berbelanja minyak goreng yang persediaannya sangat terbatas.
Dari hasil penelusuran Borneo Istimewa ke salah satu produsen minyak goreng asal Kalimantan Barat menjelaskan, bahwa memang pasokan minyak goreng kemasan untuk harga yang di patok Rp. 14.000,- per liter sangat terbatas. Sementara harga di tingkat distributor untuk pembelian dalam jumlah besar sudadiatas harga patokan tersebut. Dilain pihak, para petani sawit sendiri mengaku kesulitan memperoleh pupuk berkualitas karena langka di pasaran. Wal hasil biaya produksi meroket dan harga jual TBS (Tandan Buah Segar) tidak lagi seperti waktu-waktu sebelumnya.
Melihat permasalahan ini, Borneo Istimewa segera menyiapkan langkah cepat untuk mencari pemasok minyak goreng dalam jumlah khusus untuk guna salurkan kepada UMKM kuliner yang menjadi anggotanya. Dari hasil gerak cepat ini Borneo Istimewa berhasil memenuhi kebutuhan minyak goreng dalam jumlah yang dibutuhkan anggota meski dengan harga yang tidak bisa dibilang murah.
“Prioritas kami suply minyak goreng tidak boleh dibatasi, karena pelaku usaha baru saja mencoba bangkit dari keterpurukan setelah krisis akibat pandemi covid 19 dua tahun terakhir” ujar Edi selaku ketua Komunitas. Kegaduhan sulitnya mencari minyak goreng berkualitas di pasaran dalam jumlah besar menunjukkan ada permasalahan serius di rantai pasokan minyak goreng di tanah air.
“Perlakuan pembelian minyak goreng bagi UMKM harusnya di bedakan dengan konsumen rumah tangga. Misalnya dengan mekanisme menunjukkan NIB waktu pembelian di toko retail atau swalayan sehingga operasional UMKM tidak terganggu” tegas Edi.
Bu Yayuk pelaku UMKM Kuliner mengaku senang gerilyanya mencari minyak goreng terbantu lewat suply yang diberikan oleh Ketua Komunitas. “Saya sudah kesana kemari cari hanya dapat sebungkus-sebungkus di tiap toko. Itupun kadang banyak yang kosong alasannya belum datang” pungkas Yayuk.
Edi selaku ketua komunitas UMKM Borneo Istimewa berharap kondisi ini tidak berlangsung lama, dan langkah cepat menyediakan minyak goreng bagi anggotanya ini bersifat ad-hoc (mendesak). Dari informasi yang dihimpun oleh Borneo Istimewa diperkirakan pasokan minyak goreng di Kalbar akan kembali normal di bulan April 2022 jelang Puasa Ramadhan tahun ini. Namun demikian harga minyak goreng diperkirakan akan tembus diatas Rp. 15.000 per liter sehingga pelaku UMKM diminta bersiap untuk menyiapkan sejumlah strategi jitu menghadapi kondisi ini.